Selasa, 05 Februari 2013

Gado-gado Agama

(Harusnya tulisan ini dipost setahun yg lalu...well... never too late to share good thinking, right? *wink*)



Masalah agama memang bukan menjadi topik yang menarik bagi sebagian orang, atau bahkan bagi sebagian besar orang. Namun hal tersebut tidak menyurutkan niat saya menulis tentang hal yang berbau "agama" 




Entah sejak kapan saya mulai tertarik berita mengenai agama-agama di Indonesia. Mungkin sejak saya mengikuti kegiatan Live In yang diadakan oleh WKPUB (Wadah Komunikasi antar umat beragama) pada tahun 2008. Saat itu saya beserta rekan-rekan pemuda dari agama yang berbeda-beda berkumpul di salah satu pesantren di daerah Majalengka, Jawa Barat.

Tinggal bersama para santri dan santriwati merupakan pengalaman yang baru bagi saya. Apalagi, tidur bersama di dalam kamar yang diiisi oleh hampir 20 orang dan harus mengantri lama untuk menggunakan toilet. Sungguh pengalaman yang tidak akan terlupakan. Pagi-pagi kami mengikuti kegiatan pesantren, makan bersama, doa bersama, dan pada malam terakhir melihat pertunjukan debus. Wow...

Sebagai peserta, kami sadar bahwa kami berasal dari "golongan" yang berbeda. Saya protestan, ada lagi rekan2 saya yang muslim, budha, hindu, kepercayaan, dll. Namun, saya tidak merasa bahwa perbedaan itu "memisahkan" kami. Kami sharing, bercanda gurau, bekerja sama dalam aktivitas kelompok, dll. Semua kegiatan positif tersebut membuat kami merasa saling membutuhkan satu sama lain, bukan malah membuat kami berasa asing karena perbedaan yang ada.

Selama beberapa lama setelah kegiatan tersebut, saya masih berhubungan dengan mereka, entah lewat hp atau media sosial. Walaupun saat ini tidak kontak dengan mereka, semangat dari kegiatan Live In yang pernah saya ikuti masih terasa sampai sekarang.


Salah satu dampak dari kegiatan tersebut adalah terlaksananya Temu Pemuda Lintas agama yang diadakan oleh Komisi Pemuda GKI Raya Hankam pada Februari 2012 dengan pembicara Pdt. Ferdy Suleeman dan Noor Rahman.



Dibawah ini adalah sedikit pemikiran mereka mengenai hubungan lintas agama.


Mengapa penting memperjuangkan pluralisme?
Nur Rahman
Mahasiswa S2 UGM

Semoga kita tidak lelah bergerak untuk membumikan pluralisme di Indonesia, yakinlah bahwa perubahan akan terlahir dari rahim perjuangan seperti yang sudah kawan-kawan lakukan, tanpa upaya semacam itu perubahan hanyalah mimpi kosong belaka.
Menurut saya, ada beberapa hal yang perlu kita sadari bersama, mengapa penting memperjuangkan Pluralisme?
Pertama, kekerasan dan pelanggaran kebebasan beragama masih sering mengemuka di tanah air, meskipun jaminan  hukum atas kebebasan beragama sudah diatur oleh konstitusi, namun implementasinya masih bermasalah. Negara seolah gagal melindungi warganegaranya untuk terbebas dari pelanggaran atas hak kebebasan beragama, Negara tidak tegas, bahkan dalam beberapa kasus Negara justru menjadi bagian dari aktor yang melakukan pelanggaran.
Kedua, tidak bisa kita pungkiri bahwa di dalam masyarakat kita banyak kelompok-kelompok (hampir di semua agama) yang masih ekslusif dan merasa paling benar sendiri, sehingga tidak bisa lapang dada menerima pendapat orang lain. Apapun pendapat yang hadir dari kelompok di luar mereka dengan tergesa-gesa mereka tolak tanpa mau membuka diri untuk melakukan dialog dan menegosiasikan kepentingan, bahkan ada juga yang lebih senang memakai cara-cara kekerasan.
Ketiga, dengan gagasan pluralisme-lah segala kemajemukan dan perbedaan mendapatkan pengakuan dan dijadikan energi positif untuk membangun persaudaraan satu sama lain. Karena gagasan ini menuntut kita semua untuk berbuat adil pada siapapun meskipun latar belakang agamanya (dll) berbeda. Oleh karena itu, dengan membumikan ideologi inilah keragaman tidak menjadi petaka, tidak ada bahasa kekerasan fisik yang ada hanyalah bagaimana segala masalah diselesaikan dengan mekanisme dialog.
Setidaknya itulah sedikit catatan dari saya, sebagai penutup mungkin kita harus mengkampanyekakan ungkapan yang pernah disampaikan oleh Milad Hanna bahwa setiap manusia dilahirkan tanpa keinginan, perencanaan & perkiraan pasti akan perjalanan hidupnya, manusia tidak punya pilihan ketika lahir dengan ras, warna kulit, jenis kelamin tertentu, latar belakang nasib keluarga atau status sosial tertentu, manusia juga tidak punya pilihan ketika terlahir dalam lingkungan agama atau keyakinan tertentu.



Oleh Pdt. Ferdy Suleeman
Ketua WKPUB


 Kalau gak jelas bisa lihat linknya di
 http://www.scribd.com/doc/90606640/Membangun-Hubungan-Lintas-Agama


Senin, 07 Januari 2013

Generasi Ekstra Cepat dan Praktis

Zaman sekarang ini adalah zaman serba cepat dan praktis! Kalo bisa juga meminimalkan energi yang dikeluarkan, mungkin seperti prinsip ekonomi, sedikit yang dikeluarkan, manfaatnya besar. Ya iyalah, mana ada orang yang suka menunggu toh? Mau makan tapi males keluar? Gampang, tinggal ambil hp, ketik nomor yang dituju, dalam waktu hitungan menit makanan tersebut akan sampai di rumah anda. Mau tau berita di belahan dunia yang lain tanpa harus berada di sana? Mudah pula, searching aja kali...siapa sih zaman skrg yg ga bs internetan? Mau beli ini itu tp belom punya duit? ya elah, kan bisa nyicil atau pake kartu kredit? Simple kan? Maa gadget yang smart n bisa apa aja dengan satu sentuhan? coba deh lo ke glodok or mangdu, sampe bingung kali milihnya (mungkin nanti akan keluar smart gadget yang tanpa disentuh #yakaleeee) Mau beli apa aja tanpa beranjak dari tempat tidur? Lagi2 maksimalkan gadget anda! Online bertaburan dimana-mana boooo.... Mesen pagi, ntar sore juga udah bisa dipake tuh baju ke pesta (kalo beli baju) Atau masak tapi gak ribet? Banyak tuh bahan makanan kalengan yg tinggal di oseng2 bentar jadi, atau mie yang serba instan, beberapa kali kedip juga mateng (yg ini lebay! haha) Mau apa lagi????? Yang pasti intinya: yang cepet, mudah, praktis, untungnya banyak... Gw pernah nonton pilem tentang masa depan dimana setiap manusia itu punya kloningan. Jadi, manusia aslinya tuh mendekam di rumah aja, tidur, and ada di dalem kapsul gitu kalo gak salah. Nah, kloningannya itu lah yg pergi2 ke luar, kerja, ke supermarket, ketemu klien, pacar, dll. Jadi, kalo nanti kloningannya mate di jalan bisa beli lagi aja yg baru gitu, kecuali yang mati manusia aslinya yg di rumah... Meeeennnnn... Kehidupan macam apa itu nantinya? Ngeri! *baca mantra pengusir halusinasi ekstrim* Can you imagine live in the world without having a real relationship with others? Mungkin skrg gak keliatan kali yah, but i predict it will be happen in the future if people don't think a relation as an important thing. Nah, "important"-nya tiap org tuh beda2 pasti... Ada yang berpikir gak ketemu gpp, bisa telponan, whatsapp-an, chating-an, skype-an, imel2-an, dll... Mungkin ada yg berpikir apa hubungannya praktis, pengen cepet, n serba cepat ke hubungan antar manusia?! Ya adalah... Menurut gw, hal-hal tersebut bikin orang tidak menganggap hubungan antar manusia sebagai hal yg penting. Contoh simple adalah waktu gw pergi ke bandara ngurus barang kantor. Si salah satu perusahaan jasa, gw sama tmn nunggu antrian pengurusan dokumen. Tiba2 ada bapak paruh baya dtg. Dia bersama 2 orang anaknya (kyknya seumuran sd n smp gitu deh) selalu menggunakan bahasa inggris...ternyata si bapak udah 25 tahun tinggal di amrik cuy dan dia mengeluhkan sistem di indonesia yang serba lamban. Hey Sir, gw aja yg udah nunggu 2 jam-an lebih anteng2 aja ngobrol sama orang2 disini! Dia blg biasanya sih nyuruh org buat ngurusin tuh barang, waktu buat dia itu sangat sangat berharga, even just one hour. Coba ya tuh bapak agak kaleman, kan kita bisa saling ngobrol sambil killing the time, daripada kesel nungguin tuh administrasi yang jaman kuda kali baru kelar (dalem ati: gw juga kesel klo kelamaan). Kalo kita ngobrol kan bisa kenal, tau masalah masing2 (soalnya kalo yg kesitu pasti barangnya bermasalah, hahaaaa...gw banget) dan sapa tau bermanfaat di masa mendatang #aseeekkk... Ya gitu deh.... serem aja ngebayanginnya klo semua orang sudah saling tidak peduli! *berhubung nih tmn udah mau pulang, sampe segini dulu deh ceritanya*

Kamis, 02 Agustus 2012

Flores, Just like heaven…

Saya mengenal pulau Flores sebelumnya hanya dari pelajaran Geografi dan peta saja. Sebelum saya menginjakkan kaki di sana, beberapa orang mengatakan wilayah NTT (termasuk Flores di dalamnya) adalah tempat yang panas, susah air, sinyal, dan terbelakang. Segala keterbatasan ini tidak menyurutkan niat saya untuk pergi ke sana. Pada akhir bulan Juli 2011, saya diberikan kesempatan untuk bergabung dengan tim penelitian anemia dan kecacingan anak sekolah di desa Nangapanda, Ende, Flores. Karena pergi ke kawasan Indonesia Timur adalah cita-cita saya sejak lama, saya pun langsung mengiyakannya. Perjalanan pertama ke Nangapanda cukup melelahkan, harus berangkat subuh dari rumah karena naik pesawat pagi, setelah itu transit di Kupang dan naik lagi dengan pesawat kecil ke Ende. Sesampainya di Ende, harus melanjutkan perjalanan darat lagi selama kurang lebih satu jam .
Pemandangan alam di sepanjang jalan ke Nangapanda Selama perjalanan saya hanya bisa berdecak kagum dengan segala keindahan yang tertangkap oleh mata saya. Secara umum, sisi sebelah kiri terbentang laut yang sangat luas dan tidak terbatas, sedangkan di sebelah kanan saya adalah tebing-tebing tinggi, namun di beberapa titik terdapat perkampungan warga di sisi kiri dan kanan. Dengan berbagai keindahan tersebut, saya merasa sangat rileks dan tenang, maklum biasanya di Jakarta disuguhi pemandangan berupa kemacetan, polusi, gedung-gedung bertingkat, dan segala macam masalah perkotaan lainnya. Tempat tinggal saya di Nangapanda hanya berjarak beberapa meter saja dari laut, sehingga desiran ombak pun sangat jelas terdengar. Mata pencaharian penduduk setempat rata-rata nelayan, pencari batu, petani atau pekerja kebun, dan buruh bangunan. Di Nangapanda, tim kami berkesempatan bekerjasama dengan 21 sekolah, dari SD sampai SMA, dan 8 TK. Walaupun sudah tedapat banyak sekolah, karena kondisi alam yang berupa bukit, jangkauan ke beberapa sekolah sangatlah jauh, sulit dan medannya sangat berat. Kami bahkan harus melalui sungai dan jalanan mendaki yang berbatu-batu.
Medan yang berat
Mobil yang kami gunakan untuk ke sekolah-sekolah Kondisi sekolah di Nangapanda tidak seperti yang saya temukan di Jakarta. Bahkan di beberapa sekolah hanya terdapat fasilitas yang ala kadarnya, seperti papan tulis kapur dan tikar. Saya sungguh-sungguh salut dengan para pejuang pendidikan yang ada disana, karena mereka tidak menyerah dengan segala keterbatasan yang ada dan terus memperjuangkan apa yang mereka punya.
Selain keterbatasan fasilitas, beberapa sekolah memiliki keterbatasan pengajar karena jarak tempuh dan kondisi alam yang berat. Ada satu sekolah yang terdapat 2 guru saja saat tim kami datang, padahal murid-murid terdiri dari kelas 1 sampai 6. Dan di sekolah tersebut, anak-anak biasa belajar tidak di ruangan kelas karena kondisi ruangan yang memprihatinkan. Walau kondisi yang berbeda di Nangapanda dan Jakarta, ada satu yang sama, mereka sama-sama adalah anak sekolah, yang tumbuh dan berkembang layaknya anak-anak pada umumnya, suka bermain, ceria, dan ingin tahu banyak hal. Saya salut dengan karakter anak-anak di sana yang menurut saya lebih kuat dari anak-anak yang saya temui di Jakarta. Bagaimana tidak, perjalanan mereka ke sekolah ditempuh dengan berjalan kaki, bukan 5 sampai 10 menit, kadang bahkan lebih dari setengah jam. Dan di beberapa sekolah, setiap anak diharuskan membawa air dengan wadah dari rumah (tempatnya seperti untuk mengisi minyak tanah kalau di Jakarta) karena daerahnya kekurangan air. Setelah pulang sekolah, banyak anak yang harus membantu orang tua berkebun di sawah, atau mencari ikan di laut, sedangkan anak perempuan harus membantu ibunya di dapur. Anak-anak di Nangapanda yang saya temui rata-rata tidak memiliki seragam dengan layak. Baju mereka kotor, kancing tidak ada, sepatu tidak ada, bahkan ada yang tidak memakai seragam ke sekolah. Tapi mereka tetap ceria dan mau terus sekolah.
Keceriaan anak-anak Saya dan tim melakukan kegiatan pengambilan darah anak-anak untuk pemeriksaan kecacingan dan anemia. Setelah diperiksa, anak-anak yang menderita diberikan obat untuk meningkatkan derajat kesehatan mereka, sehingga diharapkan mereka bisa maksimal dalam pembelajaran di sekolah. Saya cukup takjub karena hanya sedikit anak-anak yang menangis ketika diambil darah, padahal menggunakan jarum yang cukup besar. Selain pengambilan darah dan pengobatan, kami juga melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan ke anak-anak.
Kegiatan pengambilan darah
Kegiatan penyuluhan Segala hal yang saya dapatkan di Flores tidak cukup tergambarkan lewat kata-kata. Bermula dari mimpi untuk ke Indonesia Timur, saya malah akhirnya mendapatkan banyak sekali pelajaran di sana. Anak-anak yang saya temui di Sahabat Anak Prumpung (komunitas saya di Jakarta) dan anak-anak di Nangapanda memiliki karakteristik yang berbeda-beda karena faktor lingkungan yang mempengaruhinya, tapi mereka tetaplah sama di mata saya, yaitu anak-anak yang mengajarkan saya, betapa indahnya hidup ini dilihat dari mata anak-anak.
Bersama anak-anak Sudah berbulan-bulan saya tidak ke Nangapanda, tapi bulan ini, saya diberi kesempatan lagi untuk menginjakkan kaki di pulau Flores. Team kami berencana untuk membuat perpustakaan di Nangapanda. Saat ini sudah ada sekitar 192 buku yang akan kami bawa ke sana.
Buku-buku untuk perpustakaan Nangapanda Kami sadar jumlah ini masih terlalu kecil untuk sebuah perpustakaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan bantuan dari rekan-rekan yang tergerak hatinya untuk menyalurkan buku atau dana (untuk pembelian buku baru) ke Nangapanda. Kami berharap lewat adanya buku-buku tersebut, anak-anak di Nangapanda tidak tertinggal informasi dan meningkatkan minta baca mereka. Harapan besar kami membuat perpustakaan di Flores adalah untuk meningkatkan kecerdasan anak-anak lewat buku sehingga NTT tidak lagi menjadi propinsi dengan peringkat ujian nasional terendah se-Indonesia. Bagi rekan-rekan yang mau bergabung dengan kami untuk mengusahakan perpustakaan di Flores, silahkan menghubungi email saya di dee_4stef@yahoo.com. Bantuan kita sangat berarti bagi peningkatan kualitas pendidikan di Flores. Salam Sahabat!

Senin, 02 Juli 2012

Destiny, something I pursue in my silver age

When did the first time u consider about your destiny? I didn't realize when it first passed by on my mind. What I knew was then I became restless, in the other words maybe messed up. Well, it's not too much words, I just couldn't express it by words. What I thought are, What was the frame God has created to me? What did he expect from me? Where was the place He wanted me to be in? Have I live in the right way? And many more questions came up. The more I pursued my destiny, the more I didn't know about myself and about what He wanted from me. Did I too stupid? Yes, I did. I haven't known His will yet. I searched many things in life 'bout things could make Him will say: Yes, darling. This is what I want you to do. Unfortunately, I haven't felt that all things I've done would make Him said that. This time, I'm still searching for it. My destiny. I applied a position that I've been looking for so long. But, still I haven't enough faith of it. I am afraid. I am afraid of being alone. I am afraid of being useless. I am afraid of being rejected. Sigh. Too much "afraid" in my life. I am sorry God, I have too little faith in life. Now, in my "waiting time", I want to surrender to Him. I still feel confuse. Yes, I know. So, I give all my worries, confuse, and fear just for Him. You know the best for me, God. *a seeker, a pursuer, and a hunter of God*

Selasa, 05 Juni 2012

The scariest thing in the world

Hal apa yang paling menakutkan di dunia ini? Ujian? Ular? Skripsi? Presentasi? Tersesat? Pesawat terbang? Patah hati? Kesulitan keuangan? Polisi? Lautan? Ditinggal? Meninggalkan? Penyakit? Operasi? Sendirian? Kegelapan? Ketinggian? Penjahat? Orang gila? Pengamen? Banci? Jalan raya? Perceraian? Binatang buas? Hutan? Terluka? Pernikahan? Kehamilan? Hantu? Perang? Kemiskinan? Pengkhianatan? Perselingkuhan? Pembunuhan? Kecelakaan? Kesulitan listrik dan air? Kematian? Apa lagi? Kalau tahu ada begitu banyak hal yang menakutkan di dunia ini, apakah kita akan takut untuk mencoba sesuatu yang baru, kemudian bertanya-tanya dan meluangkan banyak waktu untuk memikirkan apa konsekuensi dari segala sesuatu? Pelaut tidak akan sampai seberang lautan bila dia tidak mau terus maju dan kehilangan pandangan pantai Penumpang pesawat terbang tidak akan sampai di tempat yang mereka tuju bila tidak berani mengambil keputusan untuk tidak lagi berpijak pada tanah Kita tidak akan bisa sampai disebrang jalan bila tidak melewati jalan raya Bahkan kelahiran, hal yang menggembirakan di dunia ini, pun tidak akan terwujud bila seorang ibu tidak berani mengambil keputusan untuk hamil Kita adalah orang-orang yang tidak luput dari hal-hal yang dapat membuat kita takut. Namun, terkadang ketakutanlah yang mengajarkan kita untuk lebih sabar, lebih berjuang, lebih kuat, serta lebih memahami hidup. Setiap keputusan penting dalam hidup memang akan ada konsekuensi yang mengikutinya, gagal atau berhasil, dan proses melaluinya pun disertai seringkali disertai rasa ketakutan. Jadi, walaupun ada begitu banyak hal yang menakutkan, mengapa harus takut? Bagi saya, memang ada satu hal yang begitu menakutkan, yaitu hidup di dunia ini dan tidak dapat berdampak apa-apa. Mari berjuang melawan ketakutan2!

Sabtu, 07 April 2012

Crocodile tears (Pity vs Compassion)

I found in the bible that there were two times when Jesus was crying.

First, in John 11:33, when Lazarus died
Second, in Luke 19: 41, when he saw Yerusalem

Crying is one of natural emotion of human being, Jesus did it too.
For me, when i was crying, i could express all my feeling, and it made me more relax then.

In Easter time, some christian do crying, so do I. Watching video or film about the sufferings of Jesus make tears drop from many eyes. And it happen from years to years.

But now, I find that crying in Easter is not more than a drama made by human. People are crying just because watching touching story, and then they will forget what they are crying for. Crocodile tears... Ironic!

This year, when Easter come, I try not to make some crying, because I thought that Jesus doesn't need my pity. Instead of doing visible crying, I do invisible crying.

I am not judging, I am just realizing that I have been a hypocrite for several years to Jesus and I hope it won't happen to anybody.

So many years in Easter I had a pity to Jesus when I watched His video or film, then after that, just like crocodile tears, I forgot what I was crying for, I did again, something that could made Him sad, or even crying.

Jesus has compassion, not pity. That's why he has been crucified.

I got source that shows the differences of pity and compassion:
http://wiki.answers.com/Q/What_is_the_difference_between_compassion_and_pity

"Pity is when you feel sorry for someone, but it doesn't come from your heart. Pity doesn't help anyone but compassion does. You will notice in the Gospels that "Jesus was moved with compassion for the multitudes" is mentioned several times. He saw their spiritual state and felt compassion for them, to help with their needs. You can feel pity for someone all day long, but when you feel compassion and empathy for someone you will be moved to action to help them in some way, hopefully"

I am not saying that crying is not allowed, just want to remind not to do crocodile tears, just like I did before.

Have a memorable Easter this year!
God bless you.

Jumat, 06 April 2012

Si Sanguinis dan Kokok Ayam

Pada masa Paskah, saya selalu teringat akan kisah Petrus, murid yang menyangkal Yesus tiga kali. Saat sekolah minggu, cerita tersebut terkesan sangat biasa sekali, Yesus memperingatkan Petrus, ayam berkokok, dan Petrus telah menangkal Yesus tiga kali. That's all. Tidak berarti apa2.

Kisah Petrus ini menjadi sangat berkesan saat pertama kali saya ber-KTB dengan rekan-rekan komisi remaja di gereja. Ada beberapa hal yang saya dapat dari kisah Petrus tersebut.

Berbicara mengenai murid-murid Yesus, pastinya nama Petrus tidak akan terlupakan. Mungkin hal tersebut karena nama Petrus disebutkan lebih banyak dibandingkan dengan murid-murid yang lain, selain itu karena kisah penyangkalan juga. Kalau ditelusuri dalam kitab injil Matius-Yohanes, Petrus terlihat banyak tampil dan berbicara. Petrus termasuk dalam murid-murid Yesus yang pertama dipanggil, selain Yohanes dan Andreas.

Kenapa Petrus termasuk sanguinis? Karena beberapa sifat Petrus menunjukannya,seperti spontan, meluap-luap, berpikir pendek,berani tampil, optimis. Beberapa peristiwa yang memperlihatkan sifatnya antara lain saat dia berjalan diatas air (Matius 14:22-33). Pada saat murid yang lain takut dan berteriak-teriak, Petrus berseru, "Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan diatas air." Yesus mengajak dia, namun setelah dia rasakan tiupan angin, imannya mulai goyah, takut, dan mulai tenggelam. Mulanya antusias dan optimis, namun berakhir dengan kekhawatiran. Saya yakin kepercayaan Petrus terbangun dari kualitas hubungannya dengan Tuhan, sehingga ia yakin bahwa Yesus sanggup menolongnya berjalan diatas air. Atau itu hanya keinginan Petrus untuk mengetes kemahakuasaan Tuhan. Setelah peristiwa ini, setidaknya terlihat peningkatan iman Petrus. Pada pasal 16, Petrus yang mengatakan bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Alah yang hidup.

Kesempatan yang lain terlihat pada saat ada orang yang menjamah jubah Yesus, Petrus yang tampil bertbicara (Lukas 8:5). Yesus juga membawa Petrus bersama dengan Yohanes dan Yakobus saat Ia bertemu Elia dan Musa (Lukas 9:28-36). Dan dalam peristiwa tersebut pun Petrus lagi-lagi mengatakan sesuatu dengan spontan, yaitu ingin mendirikan kemah untuk Yesus, Musa, dan Elia.

Pada saat malam Perjamuan Terakhir, Petrus mengatakan hal dengan sangat menggebu-gebu, "Tuhan, aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan Engkau!" (Lukas 22:33).

Kalau dilihat dari kata-kata dan tindakan Petrus, sepertinya akan mustahil bagi dia untuk menyangkal Yesus. Dia tidak pernah mengikuti pendidkan formal, latar belakangnya hanya seorang nelayan, tapi tindakan dan perkataannya menunjukkan kesetiaan dan sikapnya yang sungguh-sungguh untuk melayani Yesus. Saya yakin dia belajar setiap perkataan Ysus dengan sangat baik dan menekuninya. Sulit mungkin untuk seorang nelayan belajar mengenai taurat di zaman Yesus, namun Petrus mau melakukannya dengan baik.

Awal yang baik tidak menjadi penentu akan akhir yang baik pula. Kesetiaan dan kesungguhan Petrus ternoda dengan peristiwa penyangkalannya. Saya tidak tahu apa yang ada di pikiran Petrus saat itu, namun bila saya diposisinya, mungkin saya akan melakukan hal yang sama. Mengagumi seorang Raja yang kekuasaannya tidak diragukan lagi, percaya akan perkataan Sang Raja bahwa ia akan membangun kerajaan yang baru, namun hal tersebut sepertinya kurang untuk menjadi alasan saya akan mempertahankan Dia ketika saya sadar bahwa nyawa saya sendiri terancam. Mungkin itu yang dipikirkan Petrus. Kerajaan versi dia mungkin berbeda dengan versi Yesus. Bila Yesus ditangkap, murid-muridnya pun bisa saja ditangkap dan dibunuh. Petrus menjadi semakin takut. Ia takut mati.

Kokok ayam pun mengingatkan dia akan perkataan Yesus dan dia akhirnya sadar bahwa selama ini dia tidak sungguh-sungguh mengasihi Yesus. Batinnya pun tersiksa. Namun penyesalannya tidak mampu melebihi rasa takutnya, karena saat Yesus membawa salib samapai mati di Golgota pun Petrus tidak tampil. Apakah penyesalan dia sangat mendalam atau dia sangat takut ditangkap?

Saat hari ketiga, nampaknya Petrus masih mengingat perkataan Yesus bahwa Ia akan bangkit. Maria magdalena mengajaknya melihat kubur Yesus yang kosong, namun hal tersebut malah membuatnya semakin bingung. Yesus sudah bangkit atau mayatnya dicuri?

Melihat kenyataan kubur Yesus kosong belum membuat iman Petrus bangkit lagi, dalam Yohanes 21 malah terlihat ia kembali kekehidupannya yang lama, menjadi seorang penjala ikan. Mungkin ia sudah tidak mau lagi menekuni pekerjaannya sebagai penjala manusia karena merasa tidak layak atau masih takut.

Saat orang mengatakan bahwa Yesus hadir, sisi sanguinis Petrus muncul lagi. Tanpa pikir panjang, ia memakai baju kemudian berenang mnekati Yesus, padahal jaraknya tidak jauh.

Petrus senang Yesus datang padanya. Ia bangkit! Ia mau menemui saya! Seseorang yang sangat berdosa ini. Saya kira disinilah titik balik kebangkitan Petrus, yaitu saat ia ditanyakan tiga pertanyaan yang sama oleh Yesus.

Kalau dari sumber: http://www.truthortradition.com/bahasa/modules.php?name=News&file=article&sid=30, pertanyaannya kira-kira begini:

Yesus: Simon ... apakah engkau mengasihi (agape) Aku lebih dari ini [ikan?]
Petrus: Ya, Tuhan; Engkau tahu saya mengasihi (phileo) Engkau.
Yesus: Simon ... apakah engkau .... mengasihi (agape) Aku?
Petrus: Ya, Tuhan, Engkau tahu saya mengasihi (phileo) Engkau.
Yesus: Simon ... apakah engkau mengasihi (phileo) Aku?
Petrus: [Menangis] ”Tuhan ... Engkau tahu saya mengasihi (phileo) Engkau.”

Ketika Yesus menanyakan hal tersebut, saya pun merasa ditanya oleh Yesus. Tiga pertanyaan itu pun membuat saya menangis. Apakah aku sanggup mengasihi Dia lebih dari apapun?

Dari pertanyaan tersebut, saya sadar bahwa Yesus menerima Petrus, walaupun dengan keadaan bahwa dia tidak sanggup mengasihi Yesus secara agape (kasih terbesar). Petrus sekarang sadar bahwa dia hanya mampu mengasihi Yesus secara phileo. Dan hal yang luar biasanya adalah, respon Yesus ditiap pertanyaan adalah sama, Gembalakanlah domba-dombaku. Pastinya Yesus sadar, orang yang dulunya sangat berapi-api untuk membelanya tidak mampu mengasihi Dia dengan cara Dia mengasihinya, namun Dia tetap mau menerima Petrus dengan keadaannya sekarang.

Hal ini pun yang membuat saya merasa sedih, sama ketika Yesus bertanya kepada Petrus, saya pun tidak mampu memberikan kasih yang sama seperti yang Dia berikan untuk saya, namun saya bersyukur bahwa Dia mau menerima saya apa adanya.

Yesus yang memiliki inisiatif untuk datang memulihkan Petrus, Ia pun yang memiliki inisatif datang untuk memulihkan anda dan saya, bagaimana pun keadaan kita. Dia tahu bahwa kita tak sanggup memberikan sama seperti yang Dia berikan, namun Dia dengan kasih-Nya tetap menerima, dan kini Ia pun memberikan tugas yang sama kepada kita...

"Gembalakanlah domba-domba-Ku"

Selamat memaknai Paskah!
Tuhan memberkati.