Kamis, 02 Agustus 2012

Flores, Just like heaven…

Saya mengenal pulau Flores sebelumnya hanya dari pelajaran Geografi dan peta saja. Sebelum saya menginjakkan kaki di sana, beberapa orang mengatakan wilayah NTT (termasuk Flores di dalamnya) adalah tempat yang panas, susah air, sinyal, dan terbelakang. Segala keterbatasan ini tidak menyurutkan niat saya untuk pergi ke sana. Pada akhir bulan Juli 2011, saya diberikan kesempatan untuk bergabung dengan tim penelitian anemia dan kecacingan anak sekolah di desa Nangapanda, Ende, Flores. Karena pergi ke kawasan Indonesia Timur adalah cita-cita saya sejak lama, saya pun langsung mengiyakannya. Perjalanan pertama ke Nangapanda cukup melelahkan, harus berangkat subuh dari rumah karena naik pesawat pagi, setelah itu transit di Kupang dan naik lagi dengan pesawat kecil ke Ende. Sesampainya di Ende, harus melanjutkan perjalanan darat lagi selama kurang lebih satu jam .
Pemandangan alam di sepanjang jalan ke Nangapanda Selama perjalanan saya hanya bisa berdecak kagum dengan segala keindahan yang tertangkap oleh mata saya. Secara umum, sisi sebelah kiri terbentang laut yang sangat luas dan tidak terbatas, sedangkan di sebelah kanan saya adalah tebing-tebing tinggi, namun di beberapa titik terdapat perkampungan warga di sisi kiri dan kanan. Dengan berbagai keindahan tersebut, saya merasa sangat rileks dan tenang, maklum biasanya di Jakarta disuguhi pemandangan berupa kemacetan, polusi, gedung-gedung bertingkat, dan segala macam masalah perkotaan lainnya. Tempat tinggal saya di Nangapanda hanya berjarak beberapa meter saja dari laut, sehingga desiran ombak pun sangat jelas terdengar. Mata pencaharian penduduk setempat rata-rata nelayan, pencari batu, petani atau pekerja kebun, dan buruh bangunan. Di Nangapanda, tim kami berkesempatan bekerjasama dengan 21 sekolah, dari SD sampai SMA, dan 8 TK. Walaupun sudah tedapat banyak sekolah, karena kondisi alam yang berupa bukit, jangkauan ke beberapa sekolah sangatlah jauh, sulit dan medannya sangat berat. Kami bahkan harus melalui sungai dan jalanan mendaki yang berbatu-batu.
Medan yang berat
Mobil yang kami gunakan untuk ke sekolah-sekolah Kondisi sekolah di Nangapanda tidak seperti yang saya temukan di Jakarta. Bahkan di beberapa sekolah hanya terdapat fasilitas yang ala kadarnya, seperti papan tulis kapur dan tikar. Saya sungguh-sungguh salut dengan para pejuang pendidikan yang ada disana, karena mereka tidak menyerah dengan segala keterbatasan yang ada dan terus memperjuangkan apa yang mereka punya.
Selain keterbatasan fasilitas, beberapa sekolah memiliki keterbatasan pengajar karena jarak tempuh dan kondisi alam yang berat. Ada satu sekolah yang terdapat 2 guru saja saat tim kami datang, padahal murid-murid terdiri dari kelas 1 sampai 6. Dan di sekolah tersebut, anak-anak biasa belajar tidak di ruangan kelas karena kondisi ruangan yang memprihatinkan. Walau kondisi yang berbeda di Nangapanda dan Jakarta, ada satu yang sama, mereka sama-sama adalah anak sekolah, yang tumbuh dan berkembang layaknya anak-anak pada umumnya, suka bermain, ceria, dan ingin tahu banyak hal. Saya salut dengan karakter anak-anak di sana yang menurut saya lebih kuat dari anak-anak yang saya temui di Jakarta. Bagaimana tidak, perjalanan mereka ke sekolah ditempuh dengan berjalan kaki, bukan 5 sampai 10 menit, kadang bahkan lebih dari setengah jam. Dan di beberapa sekolah, setiap anak diharuskan membawa air dengan wadah dari rumah (tempatnya seperti untuk mengisi minyak tanah kalau di Jakarta) karena daerahnya kekurangan air. Setelah pulang sekolah, banyak anak yang harus membantu orang tua berkebun di sawah, atau mencari ikan di laut, sedangkan anak perempuan harus membantu ibunya di dapur. Anak-anak di Nangapanda yang saya temui rata-rata tidak memiliki seragam dengan layak. Baju mereka kotor, kancing tidak ada, sepatu tidak ada, bahkan ada yang tidak memakai seragam ke sekolah. Tapi mereka tetap ceria dan mau terus sekolah.
Keceriaan anak-anak Saya dan tim melakukan kegiatan pengambilan darah anak-anak untuk pemeriksaan kecacingan dan anemia. Setelah diperiksa, anak-anak yang menderita diberikan obat untuk meningkatkan derajat kesehatan mereka, sehingga diharapkan mereka bisa maksimal dalam pembelajaran di sekolah. Saya cukup takjub karena hanya sedikit anak-anak yang menangis ketika diambil darah, padahal menggunakan jarum yang cukup besar. Selain pengambilan darah dan pengobatan, kami juga melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan ke anak-anak.
Kegiatan pengambilan darah
Kegiatan penyuluhan Segala hal yang saya dapatkan di Flores tidak cukup tergambarkan lewat kata-kata. Bermula dari mimpi untuk ke Indonesia Timur, saya malah akhirnya mendapatkan banyak sekali pelajaran di sana. Anak-anak yang saya temui di Sahabat Anak Prumpung (komunitas saya di Jakarta) dan anak-anak di Nangapanda memiliki karakteristik yang berbeda-beda karena faktor lingkungan yang mempengaruhinya, tapi mereka tetaplah sama di mata saya, yaitu anak-anak yang mengajarkan saya, betapa indahnya hidup ini dilihat dari mata anak-anak.
Bersama anak-anak Sudah berbulan-bulan saya tidak ke Nangapanda, tapi bulan ini, saya diberi kesempatan lagi untuk menginjakkan kaki di pulau Flores. Team kami berencana untuk membuat perpustakaan di Nangapanda. Saat ini sudah ada sekitar 192 buku yang akan kami bawa ke sana.
Buku-buku untuk perpustakaan Nangapanda Kami sadar jumlah ini masih terlalu kecil untuk sebuah perpustakaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan bantuan dari rekan-rekan yang tergerak hatinya untuk menyalurkan buku atau dana (untuk pembelian buku baru) ke Nangapanda. Kami berharap lewat adanya buku-buku tersebut, anak-anak di Nangapanda tidak tertinggal informasi dan meningkatkan minta baca mereka. Harapan besar kami membuat perpustakaan di Flores adalah untuk meningkatkan kecerdasan anak-anak lewat buku sehingga NTT tidak lagi menjadi propinsi dengan peringkat ujian nasional terendah se-Indonesia. Bagi rekan-rekan yang mau bergabung dengan kami untuk mengusahakan perpustakaan di Flores, silahkan menghubungi email saya di dee_4stef@yahoo.com. Bantuan kita sangat berarti bagi peningkatan kualitas pendidikan di Flores. Salam Sahabat!

Senin, 02 Juli 2012

Destiny, something I pursue in my silver age

When did the first time u consider about your destiny? I didn't realize when it first passed by on my mind. What I knew was then I became restless, in the other words maybe messed up. Well, it's not too much words, I just couldn't express it by words. What I thought are, What was the frame God has created to me? What did he expect from me? Where was the place He wanted me to be in? Have I live in the right way? And many more questions came up. The more I pursued my destiny, the more I didn't know about myself and about what He wanted from me. Did I too stupid? Yes, I did. I haven't known His will yet. I searched many things in life 'bout things could make Him will say: Yes, darling. This is what I want you to do. Unfortunately, I haven't felt that all things I've done would make Him said that. This time, I'm still searching for it. My destiny. I applied a position that I've been looking for so long. But, still I haven't enough faith of it. I am afraid. I am afraid of being alone. I am afraid of being useless. I am afraid of being rejected. Sigh. Too much "afraid" in my life. I am sorry God, I have too little faith in life. Now, in my "waiting time", I want to surrender to Him. I still feel confuse. Yes, I know. So, I give all my worries, confuse, and fear just for Him. You know the best for me, God. *a seeker, a pursuer, and a hunter of God*

Selasa, 05 Juni 2012

The scariest thing in the world

Hal apa yang paling menakutkan di dunia ini? Ujian? Ular? Skripsi? Presentasi? Tersesat? Pesawat terbang? Patah hati? Kesulitan keuangan? Polisi? Lautan? Ditinggal? Meninggalkan? Penyakit? Operasi? Sendirian? Kegelapan? Ketinggian? Penjahat? Orang gila? Pengamen? Banci? Jalan raya? Perceraian? Binatang buas? Hutan? Terluka? Pernikahan? Kehamilan? Hantu? Perang? Kemiskinan? Pengkhianatan? Perselingkuhan? Pembunuhan? Kecelakaan? Kesulitan listrik dan air? Kematian? Apa lagi? Kalau tahu ada begitu banyak hal yang menakutkan di dunia ini, apakah kita akan takut untuk mencoba sesuatu yang baru, kemudian bertanya-tanya dan meluangkan banyak waktu untuk memikirkan apa konsekuensi dari segala sesuatu? Pelaut tidak akan sampai seberang lautan bila dia tidak mau terus maju dan kehilangan pandangan pantai Penumpang pesawat terbang tidak akan sampai di tempat yang mereka tuju bila tidak berani mengambil keputusan untuk tidak lagi berpijak pada tanah Kita tidak akan bisa sampai disebrang jalan bila tidak melewati jalan raya Bahkan kelahiran, hal yang menggembirakan di dunia ini, pun tidak akan terwujud bila seorang ibu tidak berani mengambil keputusan untuk hamil Kita adalah orang-orang yang tidak luput dari hal-hal yang dapat membuat kita takut. Namun, terkadang ketakutanlah yang mengajarkan kita untuk lebih sabar, lebih berjuang, lebih kuat, serta lebih memahami hidup. Setiap keputusan penting dalam hidup memang akan ada konsekuensi yang mengikutinya, gagal atau berhasil, dan proses melaluinya pun disertai seringkali disertai rasa ketakutan. Jadi, walaupun ada begitu banyak hal yang menakutkan, mengapa harus takut? Bagi saya, memang ada satu hal yang begitu menakutkan, yaitu hidup di dunia ini dan tidak dapat berdampak apa-apa. Mari berjuang melawan ketakutan2!

Sabtu, 07 April 2012

Crocodile tears (Pity vs Compassion)

I found in the bible that there were two times when Jesus was crying.

First, in John 11:33, when Lazarus died
Second, in Luke 19: 41, when he saw Yerusalem

Crying is one of natural emotion of human being, Jesus did it too.
For me, when i was crying, i could express all my feeling, and it made me more relax then.

In Easter time, some christian do crying, so do I. Watching video or film about the sufferings of Jesus make tears drop from many eyes. And it happen from years to years.

But now, I find that crying in Easter is not more than a drama made by human. People are crying just because watching touching story, and then they will forget what they are crying for. Crocodile tears... Ironic!

This year, when Easter come, I try not to make some crying, because I thought that Jesus doesn't need my pity. Instead of doing visible crying, I do invisible crying.

I am not judging, I am just realizing that I have been a hypocrite for several years to Jesus and I hope it won't happen to anybody.

So many years in Easter I had a pity to Jesus when I watched His video or film, then after that, just like crocodile tears, I forgot what I was crying for, I did again, something that could made Him sad, or even crying.

Jesus has compassion, not pity. That's why he has been crucified.

I got source that shows the differences of pity and compassion:
http://wiki.answers.com/Q/What_is_the_difference_between_compassion_and_pity

"Pity is when you feel sorry for someone, but it doesn't come from your heart. Pity doesn't help anyone but compassion does. You will notice in the Gospels that "Jesus was moved with compassion for the multitudes" is mentioned several times. He saw their spiritual state and felt compassion for them, to help with their needs. You can feel pity for someone all day long, but when you feel compassion and empathy for someone you will be moved to action to help them in some way, hopefully"

I am not saying that crying is not allowed, just want to remind not to do crocodile tears, just like I did before.

Have a memorable Easter this year!
God bless you.

Jumat, 06 April 2012

Si Sanguinis dan Kokok Ayam

Pada masa Paskah, saya selalu teringat akan kisah Petrus, murid yang menyangkal Yesus tiga kali. Saat sekolah minggu, cerita tersebut terkesan sangat biasa sekali, Yesus memperingatkan Petrus, ayam berkokok, dan Petrus telah menangkal Yesus tiga kali. That's all. Tidak berarti apa2.

Kisah Petrus ini menjadi sangat berkesan saat pertama kali saya ber-KTB dengan rekan-rekan komisi remaja di gereja. Ada beberapa hal yang saya dapat dari kisah Petrus tersebut.

Berbicara mengenai murid-murid Yesus, pastinya nama Petrus tidak akan terlupakan. Mungkin hal tersebut karena nama Petrus disebutkan lebih banyak dibandingkan dengan murid-murid yang lain, selain itu karena kisah penyangkalan juga. Kalau ditelusuri dalam kitab injil Matius-Yohanes, Petrus terlihat banyak tampil dan berbicara. Petrus termasuk dalam murid-murid Yesus yang pertama dipanggil, selain Yohanes dan Andreas.

Kenapa Petrus termasuk sanguinis? Karena beberapa sifat Petrus menunjukannya,seperti spontan, meluap-luap, berpikir pendek,berani tampil, optimis. Beberapa peristiwa yang memperlihatkan sifatnya antara lain saat dia berjalan diatas air (Matius 14:22-33). Pada saat murid yang lain takut dan berteriak-teriak, Petrus berseru, "Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan diatas air." Yesus mengajak dia, namun setelah dia rasakan tiupan angin, imannya mulai goyah, takut, dan mulai tenggelam. Mulanya antusias dan optimis, namun berakhir dengan kekhawatiran. Saya yakin kepercayaan Petrus terbangun dari kualitas hubungannya dengan Tuhan, sehingga ia yakin bahwa Yesus sanggup menolongnya berjalan diatas air. Atau itu hanya keinginan Petrus untuk mengetes kemahakuasaan Tuhan. Setelah peristiwa ini, setidaknya terlihat peningkatan iman Petrus. Pada pasal 16, Petrus yang mengatakan bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Alah yang hidup.

Kesempatan yang lain terlihat pada saat ada orang yang menjamah jubah Yesus, Petrus yang tampil bertbicara (Lukas 8:5). Yesus juga membawa Petrus bersama dengan Yohanes dan Yakobus saat Ia bertemu Elia dan Musa (Lukas 9:28-36). Dan dalam peristiwa tersebut pun Petrus lagi-lagi mengatakan sesuatu dengan spontan, yaitu ingin mendirikan kemah untuk Yesus, Musa, dan Elia.

Pada saat malam Perjamuan Terakhir, Petrus mengatakan hal dengan sangat menggebu-gebu, "Tuhan, aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan Engkau!" (Lukas 22:33).

Kalau dilihat dari kata-kata dan tindakan Petrus, sepertinya akan mustahil bagi dia untuk menyangkal Yesus. Dia tidak pernah mengikuti pendidkan formal, latar belakangnya hanya seorang nelayan, tapi tindakan dan perkataannya menunjukkan kesetiaan dan sikapnya yang sungguh-sungguh untuk melayani Yesus. Saya yakin dia belajar setiap perkataan Ysus dengan sangat baik dan menekuninya. Sulit mungkin untuk seorang nelayan belajar mengenai taurat di zaman Yesus, namun Petrus mau melakukannya dengan baik.

Awal yang baik tidak menjadi penentu akan akhir yang baik pula. Kesetiaan dan kesungguhan Petrus ternoda dengan peristiwa penyangkalannya. Saya tidak tahu apa yang ada di pikiran Petrus saat itu, namun bila saya diposisinya, mungkin saya akan melakukan hal yang sama. Mengagumi seorang Raja yang kekuasaannya tidak diragukan lagi, percaya akan perkataan Sang Raja bahwa ia akan membangun kerajaan yang baru, namun hal tersebut sepertinya kurang untuk menjadi alasan saya akan mempertahankan Dia ketika saya sadar bahwa nyawa saya sendiri terancam. Mungkin itu yang dipikirkan Petrus. Kerajaan versi dia mungkin berbeda dengan versi Yesus. Bila Yesus ditangkap, murid-muridnya pun bisa saja ditangkap dan dibunuh. Petrus menjadi semakin takut. Ia takut mati.

Kokok ayam pun mengingatkan dia akan perkataan Yesus dan dia akhirnya sadar bahwa selama ini dia tidak sungguh-sungguh mengasihi Yesus. Batinnya pun tersiksa. Namun penyesalannya tidak mampu melebihi rasa takutnya, karena saat Yesus membawa salib samapai mati di Golgota pun Petrus tidak tampil. Apakah penyesalan dia sangat mendalam atau dia sangat takut ditangkap?

Saat hari ketiga, nampaknya Petrus masih mengingat perkataan Yesus bahwa Ia akan bangkit. Maria magdalena mengajaknya melihat kubur Yesus yang kosong, namun hal tersebut malah membuatnya semakin bingung. Yesus sudah bangkit atau mayatnya dicuri?

Melihat kenyataan kubur Yesus kosong belum membuat iman Petrus bangkit lagi, dalam Yohanes 21 malah terlihat ia kembali kekehidupannya yang lama, menjadi seorang penjala ikan. Mungkin ia sudah tidak mau lagi menekuni pekerjaannya sebagai penjala manusia karena merasa tidak layak atau masih takut.

Saat orang mengatakan bahwa Yesus hadir, sisi sanguinis Petrus muncul lagi. Tanpa pikir panjang, ia memakai baju kemudian berenang mnekati Yesus, padahal jaraknya tidak jauh.

Petrus senang Yesus datang padanya. Ia bangkit! Ia mau menemui saya! Seseorang yang sangat berdosa ini. Saya kira disinilah titik balik kebangkitan Petrus, yaitu saat ia ditanyakan tiga pertanyaan yang sama oleh Yesus.

Kalau dari sumber: http://www.truthortradition.com/bahasa/modules.php?name=News&file=article&sid=30, pertanyaannya kira-kira begini:

Yesus: Simon ... apakah engkau mengasihi (agape) Aku lebih dari ini [ikan?]
Petrus: Ya, Tuhan; Engkau tahu saya mengasihi (phileo) Engkau.
Yesus: Simon ... apakah engkau .... mengasihi (agape) Aku?
Petrus: Ya, Tuhan, Engkau tahu saya mengasihi (phileo) Engkau.
Yesus: Simon ... apakah engkau mengasihi (phileo) Aku?
Petrus: [Menangis] ”Tuhan ... Engkau tahu saya mengasihi (phileo) Engkau.”

Ketika Yesus menanyakan hal tersebut, saya pun merasa ditanya oleh Yesus. Tiga pertanyaan itu pun membuat saya menangis. Apakah aku sanggup mengasihi Dia lebih dari apapun?

Dari pertanyaan tersebut, saya sadar bahwa Yesus menerima Petrus, walaupun dengan keadaan bahwa dia tidak sanggup mengasihi Yesus secara agape (kasih terbesar). Petrus sekarang sadar bahwa dia hanya mampu mengasihi Yesus secara phileo. Dan hal yang luar biasanya adalah, respon Yesus ditiap pertanyaan adalah sama, Gembalakanlah domba-dombaku. Pastinya Yesus sadar, orang yang dulunya sangat berapi-api untuk membelanya tidak mampu mengasihi Dia dengan cara Dia mengasihinya, namun Dia tetap mau menerima Petrus dengan keadaannya sekarang.

Hal ini pun yang membuat saya merasa sedih, sama ketika Yesus bertanya kepada Petrus, saya pun tidak mampu memberikan kasih yang sama seperti yang Dia berikan untuk saya, namun saya bersyukur bahwa Dia mau menerima saya apa adanya.

Yesus yang memiliki inisiatif untuk datang memulihkan Petrus, Ia pun yang memiliki inisatif datang untuk memulihkan anda dan saya, bagaimana pun keadaan kita. Dia tahu bahwa kita tak sanggup memberikan sama seperti yang Dia berikan, namun Dia dengan kasih-Nya tetap menerima, dan kini Ia pun memberikan tugas yang sama kepada kita...

"Gembalakanlah domba-domba-Ku"

Selamat memaknai Paskah!
Tuhan memberkati.

Kamis, 05 April 2012

All 'bout love

APAKAH CINTA ITU ?

Mereka yang tidak menyukainya menyebutnya tanggung jawab,
Mereka yang bermain dengannya, menyebutnya sebuah permainan,
Mereka yang tidak memilikinya, menyebutnya sebuah impian,
Mereka yang mencintai, menyebutnya takdir.

Kadang Tuhan yang mengetahui yang terbaik, akan memberi kesusahan untuk menguji kita
Kadang Ia pun melukai hati, supaya hikmat-Nya bisa tertanam dalam.
Jika kita kehilangan cinta, maka pasti ada alasan di baliknya.
Alasan yang kadang sulit untuk dimengerti, namun kita tetap harus percaya bahwa ketika Ia mengambil sesuatu, Ia telah siap memberi yang lebih baik.

Mengapa menunggu?
Karena walaupun kita ingin mengambil keputusan, kita tidak ingin tergesa-gesa.
Karena walaupun kita ingin cepat-cepat, kita tidak ingin sembrono.
Karena walaupun kita ingin segera menemukan orang yang kita cintai,
kita tidak ingin kehilangan jati diri kita dalam proses pencarian itu.

Jika ingin berlari, belajarlah berjalan duhulu,
Jika ingin berenang, belajarlah mengapung dahulu,
Jika ingin dicintai, belajarlah mencintai dahulu.
Pada akhirnya, lebih baik menunggu orang yang kita inginkan,
ketimbang memilih apa yang ada.
Tetap lebih baik menunggu orang yang kita cintai, ketimbang memuaskan diri dengan apa yang ada.
Tetap lebih baik menunggu orang yang tepat, Karena hidup ini terlampau singkat untuk dilewatkan bersama pilihan yang salah, karena menunggu mempunyai tujuan yang mulia dan misterius.

Perlu kau ketahui bahwa
Bunga tidak mekar dalam waktu semalam,
Kota Roma tidak dibangun dalam sehari,
Kehidupan dirajut dalam rahim selama sembilan bulan,
Cinta yang agung terus bertumbuh selama kehidupan.

Kebanyakan hal yang indah dalam hidup memerlukan waktu yang lama,
Dan penantian kita tidaklah sia-sia.

Walaupun menunggu membutuhkan banya hal - iman, keberanian, dan
pengharapan
penantian menjanjikan satu hal yang tidak dapat seorangpun bayangkan.
Pada akhirnya. Tuhan dalam segala hikmat-Nya, meminta kita menunggu,
karena alasan yang penting.





CINTA yang AGUNG

Adalah ketika kamu manitikkan air mata dan MASIH peduli terhadapnya...
Adalah ketika dia tidak memperdulikanmu dan kamu MASIH menunggunya dengan
setia...

Adalah ketika dia mulai mencintai orang lain dan kamu MASIH bisa tersenyum
sembari berkata 'Aku turut berbahagia untukmu"

Apabila cinta tidak berhasil ...BEBASKAN dirimu ...
Biarkan hatimu kembali melebarkan sayapnya dan terbang ke alam bebas LAGI
...

Ingatlah ...
Bahwa kamu mungkin menemukan cinta dan kehilangannya ..
tapi..
ketika cinta itu mati ...kamu tidak perlu MATI bersamanya ...

Orang terkuat BUKAN mereka yang selalu menang ...
MELAINKAN mereka yang tetap berdiri tegap ketika mereka jatuh ...
Entah bagaimana ...dalam perjalanan kehidupan ,
kamu belajar tentang dirimu sendiri ...
dan menyadari bahwa penyesalan tidak seharusnya terjadi ...

HANYALAH penghargaan abadi atas pilihan-pilihan kehidupan yang telah kamu
buat .

TEMAN SEJATI ...
mengerti ketika kamu berkata "Aku lupa"
Menunggu selamanya ketika kamu berkata "Tunggu Sebentar"
Tetap tinggal ketika kamu berkata "Tinggalkan aku sendiri"
Membuka pintu meskipun kamu BELUM mengetuk...

MENCINTAI ...
BUKANlah bagaimana kamu melupakan ... melainkan bagaimana kamu
MEMAAFKAN...
BUKAN bagaimana kamu mendengarkan ... melainkan bagaimana kamu MENGERTI
BUKAN apa yang kamu lihat ... melainkan apa yang kamu RASAKAN ...
BUKAN bagaimana kamu melepaskan ... melainkan bagaimana kamu BERTAHAN

Lebih berbahaya mencucurkan airmata dalam hati ...
dibandingkan menangis tersedu-sedu ...
Air mata yang keluar dapat dihapus ...
sementara airmata yang tersembunyi menggoreskan luka yang tidak akan
pernah
hilang ...
Dalam urusan cinta , kita SANGAT JARANG menang ...

Tapi ketika cinta itu TULUS ... meskipun kalah,
kamu TETAP MENANG hanya karena kamu berbahagia ...
dapat mencintai seseorang ...
LEBIH dari kamu mencintai dirimu sendiri

Akan tiba saatnya dimana kamu harus berhenti mencintai seseorang
BUKAN karena orang itu berhenti mencintai kita
MELAINKAN karena kita menyadari bahwa orang itu akan lebih berbahagia
apabila
kita melepaskannya .

Apabila kamu benar-benar mencintai seseorang , jangan lepaskan dia ...
Jangan percaya bahwa melepaskan SELALU berarti kamu benar-benar mencintai
MELAINKAN ... BERJUANGlah demi cintamu .
Itulah CINTA SEJATI .

Lebih baik menunggu orang yang kamu inginkan DARIPADA berjalan bersama
'yang
tersedia'

Kadang kala , orang yang kamu cintai adalah orang yang PALING menyakiti
hatimu dan kadang kala , teman yang menangis bersamamu adalah cinta yang
tidak kamu sadari...



sumber: unknown

Kamis, 29 Maret 2012

Everyone has their own "cup of tea" -Sebuah Refleksi-

Kaum intelektual yang terus terdiam dalam keadaan yang mendesak, telah melunturkan semua kemanusiaanya— Soe Hok Gie




Semenjak kuliah, saya paling tidak suka dengan kegiatan "demo", apapun bentuk dan tujuannya. Menurut saya, aspirasi tidak perlu dilakukan dengan cara yang brutal. Demo memang memiliki konotasi negatif di dalam pikiran saya, karena pada kenyataannya banyak yang merugikan, seperti merusak fasilitas umum, dll, apalagi kemarin saya lihat diberita sampai menduduki bandara. Saat kuliah, kegiatan yang lebih "make sense" untuk mahasiswa bagi saya adalah kegiatan yang real yang langsung bersentuhan dengan masyarakat, misalnya baksos dll.

Menurut pandangan saya, mahasiswa itu banyak yang cerdas, jadi seharusnya demo adalah kegiatan untuk memberikan saran yang membangun dengan cara yang lebih intelektual, kemudian belajar yang serius, sehingga saat lulus nanti bisa menduduki posisi yang strategis, lalu bangunlah negeri ini. Jangan malah ninggalin kuliahnya cuma untuk ngurusin kegiatan sana sini. Kalau dilakukan seperti itu saya yakin negara bisa jadi lebih baik lagi.

Pertanyaannya skrg adalah,kemana aktivis2 setelah mereka lulus? Apakah mereka tetap memperjuangkan hal-hal yang dulu mereka suarakan? Apakah idealisme mereka tetap ada di dunia kerja mereka? Tidak tahu berdasar pada apa, tapi saya yakin ada orang-orang yang dulunya menjadi pendemo, pada akhirnya menjadi orang yang didemo. Dengan kata lain, idealisme akan luntur dengan kenyataan hidup (menjadi lebih realistis). Jadi, kemana idealisme pasca kehidupan kampus?

Aksi demo dalam beberapa hari belakangan ini menarik perhatian saya. Saya sadar, segala bentuk tindakan dan kemana perginya idealisme mereka seharusnya tidak membuat saya menjadi hakim atas para aktivis-aktivis kampus. Toh saya pun tidak lebih baik dari mereka. Saya tidak menyangkal bahwa demonstrasi mahasiswa telah memberikan perubahan di bangsa ini, mulai dari jaman penjajahan, orde baru, sampai era reformasi.

Apa yang mereka perjuangkan pun hasilnya akan memberikan pengaruh kepada saya dan rakyat lain yang tidak melakukan tindakan demonstrasi. Saya sedih membaca bbm yang memprotes aksi demo kemarin. Kenapa sedih? Bukannya gak suka sama demo ya?

Yup benar, saya memang tidak suka dengan demo, tapi saya berusaha untuk memahami pikiran para demonstran (walaupun tidak 100%). Saya yakin dari para demostran banyak yang sungguh2 memiliki tujuan yang mulia saat melakukan aksi tersebut. Saya sebut mulia karena mereka memperjuangkan kepentingan kita juga sebagai rakyat yang sama. Saya sedih karena sepertinya rakyat berseteru dengan rakyat sendiri. Saya pun setuju bahwa demo tidak boleh merusak kepentingan umum.


Yang menjadi refleksi saya adalah,

Sekarang, Apa bagian saya dalam perjuangan bangsa ini?

Saya tidak ingin menjadi hakim yang memberikan penilaian sana sini tanpa berbuat apa-apa. Oke mereka salah karena melakukan tindakan yang merugikan kepentingan umum, walaupun mereka sedang memperjuangkan kepentingan bersama. Lalu, apakah kita menjadi terkesan lebih baik dengan tidak melakukan perbuatan yang dilakukan oleh para demonstran?

Masing-masing kita memiliki minat yang berbeda dalam memperjuangkan bangsa ini dan dengan cara yang berbeda-beda pula. Kiranya refleksi itu juga menjadi refleksi bagi rekan-rekan yang membacanya. Hanya kita sendirilah yang tau jawabannya.

Hal yang menyedihkan adalah, ketika para pemuda tidak memiliki minat apa-apa dalam perjuangan bangsa ini dan merasa nyaman dengan keadaannya sekarang, apalagi menjadi pengkritik sosial tanpa tindakan.




Refleksi saya dipengaruhi oleh beberapa quote yang berasala dari Soe Hok Gie, semoga menginspirasi

Sumber:
http://justforsoehokgie.tumblr.com/
http://www.goodreads.com/author/quotes/659620.Soe_Hok_Gie

“Tapi sekarang aku berpikir sampai di mana seseorang masih tetap wajar, walau ia sendiri tidak mendapatkan apa-apa. seseorang mau berkorban buat sesuatu, katakanlah, ide-ide, agama, politik atau pacarnya. Tapi dapatkah ia berkorban buat tidak apa-apa


“Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal obyeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung.”


“Aku kira dan bagiku itulah kesadaran sejarah. Sadar akan hidup dan kesia-siaan nilai.”


"Pertanyaan pertama yang harus kita jawab adalah: Who am I? Saya telah menjawab bahwa saya adalah seorang intelektual yang tidak mengejar kuasa tapi seorang yang ingin mencanangkan kebenaran. Dan saya bersedia menghadapi ketidak-populeran, karena ada suatu yang lebih besar: kebenaran."


"Saya tidak tahu masa depan saya. Sebagai orang yang berhasil? Sebagai orang yang gagal terhadap cita-cita idealisme? Lalu tenggelam dalam waktu dan usia? Sebagai orang yang kecewa dan lalu mencoba meneror dunia? Atau sebagai orang yang gagal tapi dengan penuh rasa bangga tetap menatap matahari yang terbit? Saya ingin coba mencintai semua. Dan bertahan dalam hidup ini."


"Kalau kau tak sanggup menjadi beringin yang tegak di puncak bukit, jadilah saja belukan, tapi belukan terbaik yang tumbuh di tepi danau. Kalau kau tak sanggup menjadi belukan, jadilah saja rumput, tapi rumput yang memperkuat tanggul pinggiran jalan. Tidak semua jadi kapten, tentu harus ada awak kapalnya. Bukan besar kecilnya tugas yang menjadikan tinggi rendahnya nilai dirimu. Jadilah saja dirimu, sebaik-baiknya dirimu sendiri."