Kamis, 02 Agustus 2012

Flores, Just like heaven…

Saya mengenal pulau Flores sebelumnya hanya dari pelajaran Geografi dan peta saja. Sebelum saya menginjakkan kaki di sana, beberapa orang mengatakan wilayah NTT (termasuk Flores di dalamnya) adalah tempat yang panas, susah air, sinyal, dan terbelakang. Segala keterbatasan ini tidak menyurutkan niat saya untuk pergi ke sana. Pada akhir bulan Juli 2011, saya diberikan kesempatan untuk bergabung dengan tim penelitian anemia dan kecacingan anak sekolah di desa Nangapanda, Ende, Flores. Karena pergi ke kawasan Indonesia Timur adalah cita-cita saya sejak lama, saya pun langsung mengiyakannya. Perjalanan pertama ke Nangapanda cukup melelahkan, harus berangkat subuh dari rumah karena naik pesawat pagi, setelah itu transit di Kupang dan naik lagi dengan pesawat kecil ke Ende. Sesampainya di Ende, harus melanjutkan perjalanan darat lagi selama kurang lebih satu jam .
Pemandangan alam di sepanjang jalan ke Nangapanda Selama perjalanan saya hanya bisa berdecak kagum dengan segala keindahan yang tertangkap oleh mata saya. Secara umum, sisi sebelah kiri terbentang laut yang sangat luas dan tidak terbatas, sedangkan di sebelah kanan saya adalah tebing-tebing tinggi, namun di beberapa titik terdapat perkampungan warga di sisi kiri dan kanan. Dengan berbagai keindahan tersebut, saya merasa sangat rileks dan tenang, maklum biasanya di Jakarta disuguhi pemandangan berupa kemacetan, polusi, gedung-gedung bertingkat, dan segala macam masalah perkotaan lainnya. Tempat tinggal saya di Nangapanda hanya berjarak beberapa meter saja dari laut, sehingga desiran ombak pun sangat jelas terdengar. Mata pencaharian penduduk setempat rata-rata nelayan, pencari batu, petani atau pekerja kebun, dan buruh bangunan. Di Nangapanda, tim kami berkesempatan bekerjasama dengan 21 sekolah, dari SD sampai SMA, dan 8 TK. Walaupun sudah tedapat banyak sekolah, karena kondisi alam yang berupa bukit, jangkauan ke beberapa sekolah sangatlah jauh, sulit dan medannya sangat berat. Kami bahkan harus melalui sungai dan jalanan mendaki yang berbatu-batu.
Medan yang berat
Mobil yang kami gunakan untuk ke sekolah-sekolah Kondisi sekolah di Nangapanda tidak seperti yang saya temukan di Jakarta. Bahkan di beberapa sekolah hanya terdapat fasilitas yang ala kadarnya, seperti papan tulis kapur dan tikar. Saya sungguh-sungguh salut dengan para pejuang pendidikan yang ada disana, karena mereka tidak menyerah dengan segala keterbatasan yang ada dan terus memperjuangkan apa yang mereka punya.
Selain keterbatasan fasilitas, beberapa sekolah memiliki keterbatasan pengajar karena jarak tempuh dan kondisi alam yang berat. Ada satu sekolah yang terdapat 2 guru saja saat tim kami datang, padahal murid-murid terdiri dari kelas 1 sampai 6. Dan di sekolah tersebut, anak-anak biasa belajar tidak di ruangan kelas karena kondisi ruangan yang memprihatinkan. Walau kondisi yang berbeda di Nangapanda dan Jakarta, ada satu yang sama, mereka sama-sama adalah anak sekolah, yang tumbuh dan berkembang layaknya anak-anak pada umumnya, suka bermain, ceria, dan ingin tahu banyak hal. Saya salut dengan karakter anak-anak di sana yang menurut saya lebih kuat dari anak-anak yang saya temui di Jakarta. Bagaimana tidak, perjalanan mereka ke sekolah ditempuh dengan berjalan kaki, bukan 5 sampai 10 menit, kadang bahkan lebih dari setengah jam. Dan di beberapa sekolah, setiap anak diharuskan membawa air dengan wadah dari rumah (tempatnya seperti untuk mengisi minyak tanah kalau di Jakarta) karena daerahnya kekurangan air. Setelah pulang sekolah, banyak anak yang harus membantu orang tua berkebun di sawah, atau mencari ikan di laut, sedangkan anak perempuan harus membantu ibunya di dapur. Anak-anak di Nangapanda yang saya temui rata-rata tidak memiliki seragam dengan layak. Baju mereka kotor, kancing tidak ada, sepatu tidak ada, bahkan ada yang tidak memakai seragam ke sekolah. Tapi mereka tetap ceria dan mau terus sekolah.
Keceriaan anak-anak Saya dan tim melakukan kegiatan pengambilan darah anak-anak untuk pemeriksaan kecacingan dan anemia. Setelah diperiksa, anak-anak yang menderita diberikan obat untuk meningkatkan derajat kesehatan mereka, sehingga diharapkan mereka bisa maksimal dalam pembelajaran di sekolah. Saya cukup takjub karena hanya sedikit anak-anak yang menangis ketika diambil darah, padahal menggunakan jarum yang cukup besar. Selain pengambilan darah dan pengobatan, kami juga melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan ke anak-anak.
Kegiatan pengambilan darah
Kegiatan penyuluhan Segala hal yang saya dapatkan di Flores tidak cukup tergambarkan lewat kata-kata. Bermula dari mimpi untuk ke Indonesia Timur, saya malah akhirnya mendapatkan banyak sekali pelajaran di sana. Anak-anak yang saya temui di Sahabat Anak Prumpung (komunitas saya di Jakarta) dan anak-anak di Nangapanda memiliki karakteristik yang berbeda-beda karena faktor lingkungan yang mempengaruhinya, tapi mereka tetaplah sama di mata saya, yaitu anak-anak yang mengajarkan saya, betapa indahnya hidup ini dilihat dari mata anak-anak.
Bersama anak-anak Sudah berbulan-bulan saya tidak ke Nangapanda, tapi bulan ini, saya diberi kesempatan lagi untuk menginjakkan kaki di pulau Flores. Team kami berencana untuk membuat perpustakaan di Nangapanda. Saat ini sudah ada sekitar 192 buku yang akan kami bawa ke sana.
Buku-buku untuk perpustakaan Nangapanda Kami sadar jumlah ini masih terlalu kecil untuk sebuah perpustakaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan bantuan dari rekan-rekan yang tergerak hatinya untuk menyalurkan buku atau dana (untuk pembelian buku baru) ke Nangapanda. Kami berharap lewat adanya buku-buku tersebut, anak-anak di Nangapanda tidak tertinggal informasi dan meningkatkan minta baca mereka. Harapan besar kami membuat perpustakaan di Flores adalah untuk meningkatkan kecerdasan anak-anak lewat buku sehingga NTT tidak lagi menjadi propinsi dengan peringkat ujian nasional terendah se-Indonesia. Bagi rekan-rekan yang mau bergabung dengan kami untuk mengusahakan perpustakaan di Flores, silahkan menghubungi email saya di dee_4stef@yahoo.com. Bantuan kita sangat berarti bagi peningkatan kualitas pendidikan di Flores. Salam Sahabat!