Jumat, 06 April 2012

Si Sanguinis dan Kokok Ayam

Pada masa Paskah, saya selalu teringat akan kisah Petrus, murid yang menyangkal Yesus tiga kali. Saat sekolah minggu, cerita tersebut terkesan sangat biasa sekali, Yesus memperingatkan Petrus, ayam berkokok, dan Petrus telah menangkal Yesus tiga kali. That's all. Tidak berarti apa2.

Kisah Petrus ini menjadi sangat berkesan saat pertama kali saya ber-KTB dengan rekan-rekan komisi remaja di gereja. Ada beberapa hal yang saya dapat dari kisah Petrus tersebut.

Berbicara mengenai murid-murid Yesus, pastinya nama Petrus tidak akan terlupakan. Mungkin hal tersebut karena nama Petrus disebutkan lebih banyak dibandingkan dengan murid-murid yang lain, selain itu karena kisah penyangkalan juga. Kalau ditelusuri dalam kitab injil Matius-Yohanes, Petrus terlihat banyak tampil dan berbicara. Petrus termasuk dalam murid-murid Yesus yang pertama dipanggil, selain Yohanes dan Andreas.

Kenapa Petrus termasuk sanguinis? Karena beberapa sifat Petrus menunjukannya,seperti spontan, meluap-luap, berpikir pendek,berani tampil, optimis. Beberapa peristiwa yang memperlihatkan sifatnya antara lain saat dia berjalan diatas air (Matius 14:22-33). Pada saat murid yang lain takut dan berteriak-teriak, Petrus berseru, "Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan diatas air." Yesus mengajak dia, namun setelah dia rasakan tiupan angin, imannya mulai goyah, takut, dan mulai tenggelam. Mulanya antusias dan optimis, namun berakhir dengan kekhawatiran. Saya yakin kepercayaan Petrus terbangun dari kualitas hubungannya dengan Tuhan, sehingga ia yakin bahwa Yesus sanggup menolongnya berjalan diatas air. Atau itu hanya keinginan Petrus untuk mengetes kemahakuasaan Tuhan. Setelah peristiwa ini, setidaknya terlihat peningkatan iman Petrus. Pada pasal 16, Petrus yang mengatakan bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Alah yang hidup.

Kesempatan yang lain terlihat pada saat ada orang yang menjamah jubah Yesus, Petrus yang tampil bertbicara (Lukas 8:5). Yesus juga membawa Petrus bersama dengan Yohanes dan Yakobus saat Ia bertemu Elia dan Musa (Lukas 9:28-36). Dan dalam peristiwa tersebut pun Petrus lagi-lagi mengatakan sesuatu dengan spontan, yaitu ingin mendirikan kemah untuk Yesus, Musa, dan Elia.

Pada saat malam Perjamuan Terakhir, Petrus mengatakan hal dengan sangat menggebu-gebu, "Tuhan, aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan Engkau!" (Lukas 22:33).

Kalau dilihat dari kata-kata dan tindakan Petrus, sepertinya akan mustahil bagi dia untuk menyangkal Yesus. Dia tidak pernah mengikuti pendidkan formal, latar belakangnya hanya seorang nelayan, tapi tindakan dan perkataannya menunjukkan kesetiaan dan sikapnya yang sungguh-sungguh untuk melayani Yesus. Saya yakin dia belajar setiap perkataan Ysus dengan sangat baik dan menekuninya. Sulit mungkin untuk seorang nelayan belajar mengenai taurat di zaman Yesus, namun Petrus mau melakukannya dengan baik.

Awal yang baik tidak menjadi penentu akan akhir yang baik pula. Kesetiaan dan kesungguhan Petrus ternoda dengan peristiwa penyangkalannya. Saya tidak tahu apa yang ada di pikiran Petrus saat itu, namun bila saya diposisinya, mungkin saya akan melakukan hal yang sama. Mengagumi seorang Raja yang kekuasaannya tidak diragukan lagi, percaya akan perkataan Sang Raja bahwa ia akan membangun kerajaan yang baru, namun hal tersebut sepertinya kurang untuk menjadi alasan saya akan mempertahankan Dia ketika saya sadar bahwa nyawa saya sendiri terancam. Mungkin itu yang dipikirkan Petrus. Kerajaan versi dia mungkin berbeda dengan versi Yesus. Bila Yesus ditangkap, murid-muridnya pun bisa saja ditangkap dan dibunuh. Petrus menjadi semakin takut. Ia takut mati.

Kokok ayam pun mengingatkan dia akan perkataan Yesus dan dia akhirnya sadar bahwa selama ini dia tidak sungguh-sungguh mengasihi Yesus. Batinnya pun tersiksa. Namun penyesalannya tidak mampu melebihi rasa takutnya, karena saat Yesus membawa salib samapai mati di Golgota pun Petrus tidak tampil. Apakah penyesalan dia sangat mendalam atau dia sangat takut ditangkap?

Saat hari ketiga, nampaknya Petrus masih mengingat perkataan Yesus bahwa Ia akan bangkit. Maria magdalena mengajaknya melihat kubur Yesus yang kosong, namun hal tersebut malah membuatnya semakin bingung. Yesus sudah bangkit atau mayatnya dicuri?

Melihat kenyataan kubur Yesus kosong belum membuat iman Petrus bangkit lagi, dalam Yohanes 21 malah terlihat ia kembali kekehidupannya yang lama, menjadi seorang penjala ikan. Mungkin ia sudah tidak mau lagi menekuni pekerjaannya sebagai penjala manusia karena merasa tidak layak atau masih takut.

Saat orang mengatakan bahwa Yesus hadir, sisi sanguinis Petrus muncul lagi. Tanpa pikir panjang, ia memakai baju kemudian berenang mnekati Yesus, padahal jaraknya tidak jauh.

Petrus senang Yesus datang padanya. Ia bangkit! Ia mau menemui saya! Seseorang yang sangat berdosa ini. Saya kira disinilah titik balik kebangkitan Petrus, yaitu saat ia ditanyakan tiga pertanyaan yang sama oleh Yesus.

Kalau dari sumber: http://www.truthortradition.com/bahasa/modules.php?name=News&file=article&sid=30, pertanyaannya kira-kira begini:

Yesus: Simon ... apakah engkau mengasihi (agape) Aku lebih dari ini [ikan?]
Petrus: Ya, Tuhan; Engkau tahu saya mengasihi (phileo) Engkau.
Yesus: Simon ... apakah engkau .... mengasihi (agape) Aku?
Petrus: Ya, Tuhan, Engkau tahu saya mengasihi (phileo) Engkau.
Yesus: Simon ... apakah engkau mengasihi (phileo) Aku?
Petrus: [Menangis] ”Tuhan ... Engkau tahu saya mengasihi (phileo) Engkau.”

Ketika Yesus menanyakan hal tersebut, saya pun merasa ditanya oleh Yesus. Tiga pertanyaan itu pun membuat saya menangis. Apakah aku sanggup mengasihi Dia lebih dari apapun?

Dari pertanyaan tersebut, saya sadar bahwa Yesus menerima Petrus, walaupun dengan keadaan bahwa dia tidak sanggup mengasihi Yesus secara agape (kasih terbesar). Petrus sekarang sadar bahwa dia hanya mampu mengasihi Yesus secara phileo. Dan hal yang luar biasanya adalah, respon Yesus ditiap pertanyaan adalah sama, Gembalakanlah domba-dombaku. Pastinya Yesus sadar, orang yang dulunya sangat berapi-api untuk membelanya tidak mampu mengasihi Dia dengan cara Dia mengasihinya, namun Dia tetap mau menerima Petrus dengan keadaannya sekarang.

Hal ini pun yang membuat saya merasa sedih, sama ketika Yesus bertanya kepada Petrus, saya pun tidak mampu memberikan kasih yang sama seperti yang Dia berikan untuk saya, namun saya bersyukur bahwa Dia mau menerima saya apa adanya.

Yesus yang memiliki inisiatif untuk datang memulihkan Petrus, Ia pun yang memiliki inisatif datang untuk memulihkan anda dan saya, bagaimana pun keadaan kita. Dia tahu bahwa kita tak sanggup memberikan sama seperti yang Dia berikan, namun Dia dengan kasih-Nya tetap menerima, dan kini Ia pun memberikan tugas yang sama kepada kita...

"Gembalakanlah domba-domba-Ku"

Selamat memaknai Paskah!
Tuhan memberkati.

4 komentar:

  1. you are invited to follow my blog

    BalasHapus
  2. I did. Thank you for your invitation. God bless.

    BalasHapus
  3. I write and maintain a blog which I have entitled “Accordingtothebook” and I’d like to invite you to follow it.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thanks for your invitation. I've followed your blog. God bless.

      Hapus